Sabtu, 25 Maret 2017

Korosi Kendaraan

ILMU BAHAN KOROSI


DISUSUN OLEH         :
NAMA             : ASSABIB SIBYAN
KELAS            : MKTJ B
NOTAR           : 15.1.0265

POLITEKNIK KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN TEGAL 2015/2016
Mata kuliah : Ilmu Bahan
Dosen : Bpk.  Dr. Ir Djayadi.MM






MENGENAL KOROSI DAN AKIBATNYA, SERTA CARA PENCEGAHANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
ABSTRAK

Sebagian besar orang mengartikan korosi sebagai karat. Sebenarnya, karat adalah salah satu jenis korosi yang dikhususkan untuk bahan logam, sangat lazim terjadi terutama pada besi. Berbagai jenis logam banyak kita gunakan untuk berbagai peralatan sehingga korosi sama dengan penurunan mutu dari peralatan logam tersebut. Peristiwakorosijuga bisa dikatakan proses elektrokimia, yaitu proses (perubahan / reaksikimia) yang melibatkanadanyaaliranlistrik. Bagian tertentu dari besi berlaku sebagai kutub negatif(elektrodanegatif, anoda), sementarabagian yang lain sebagaikutubpositif (elektrodapositif, katoda).  Elektronmengalirdarianodakekatoda, sehingga terjadilah peristiwa korosi.

Besi sendiri merupakan logam yang mudah berkarat. Karat besi merupakan zat yang dihasilkan pada peristiwa korosi, yaitu berupa zat padat berwarna coklat kemerahan yang bersifat rapuh serta berpori. Rumus kimia dari karat besi adalah Fe2O3.xH2O. Bila dibiarkan, lama kelamaan besi akan habis menjadi karat. Proses berkarat dipengaruhi oleh lingkungan, yaitu kelembapan dan adanya oksigen. Beberapa bakteri juga dapat menghasilkan enzim oksidasi yang dapat mempercepat terjadinya karat.

Salah satu langkah antisipasi korosi adalah dengan inhibitor korosi. Inhibitor korosi yaitu suatu zat kimia yang bila ditambahkan kedalam suatu lingkungan, dapat menurunkan laju penyerangan korosi lingkungan itu terhadap suatu logam. Dewasa ini terdapat 6 jenis inhbitor, yaitu inhibitor yang memberikan pasivasi anodik, pasivasi katodik, inhibitor ohmik, inhibitor organik, inhibitor pengendapan dan inhibitor fasa uap. Pembahasan mengenai korosi dan inhibitor korosi dapat membantu kita terhindar dari dampak peristiwa korosi yang bersifat sangat merugikan.Contoh nyata adalah keroposnya jembatan, body mobil, atau pun berbagai konstruksi dari besi lainnya yang sangat mudah berkarat. Siapa di antara kita yang tidak kecewa bila body mobil kesayangannya tiba-tiba sudah keropos karena korosi? Pasti tidak ada. Karena itu, sangat penting bila kita sedikit tahu tentang apa korosi dan bagaimana penyebab korosi? sehingga bisa diambil langkah-langkah antisipasi lainnya.

1.      PENGERTIAN KOROSI

Korosi (Perkaratan) merupakan reaksi redoks spontan antar logam dengan zat yang ada di sekitarnya dan menghasilkan senyawa yang tidak dikehendaki biasanya berupa oksida logam atau logam karbonat. Korosi terjadi karena sebagian besar logam mudah teroksidasi dengan melepas oksigen di udara dan membentuk oksida logam. Mudah tidaknya suatu logam terkorosi dapat dipahami dari deret Volta ataupun nilai potensial elektrode standarnya, Eo.Sebagai contoh, logam besi (Fe) dengan potensial elektrode sebesar -0,44 lebih mudah terkorosi dibandingkan dengan logam emas yang memiliki potensial elektrode standar Eo sebesar +1,50.







Secara umum korosi logam melibatkan beberapa reaksi sebagai berikut:

a)      Reaksi oksidasi logam pada anode:

          L n+ + ne

b)      Reaksi reduksi pada katode yang mungkin terjadi adalah:

         O2 menjadi ion OH (kondisi netral atau basa)
            O2(aq) + H2O(I) + 2e  2OH(aq)
         Reduksi O2menjadi H2O (kondisi asam)
O2(aq) + 4H+(aq) + 4e  2H2O(I)
         Evolusi/Pembentukan H2
2H+(aq) + 2e  H2(g)
         Reduksi Ion Logam
L3+(aq) + e  L2+(aq)
         Deposisi Logam
L+(aq) + e  L(s)

Perbandingan logam yang Belum Terkorosi (kiri) Dengan yang Telah Terkorosi

Berikut contoh reaksi korosi yang terjadi pada logam besi.







A.    Reaksi Korosi pada Besi

Pada kondisi netral atau basa, ion Fe2+ dan OH selanjutnya membentuk endapan Fe(OH)2. Di udara, Fe(OH)2 tidak stabil dan membenrtuk Fe2O3 xH2O. Inilah yang disebut karat. Pada kondisi asam, banyaknya ion H+ memicu terjadinya reaksi reduksi lainnya yang juga berlangsung, yakni evolusi atau oembentukan hidrogen menurut persamaan reaksi: 2H+(aq) + 2e  H2(g). Adanya 2 reaksi di katode pada kondisi asam menyebabkan lebih banyak logam besi yang teroksidasi. Hal ini menjelaskan mengapa korosi paku besi pada kondisi asam lebih besar daripada korosi dalam air.

a). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Korosi

Korosi pada permukaan suatu logam dapat dipercepat oleh beberapa faktor, antara lain:

1)      Kontak Langsung logam dengan H2O dan O2

Korosi pada permukaan logam merupakan proses yang mengandung reaksi redoks. Reaksi yang terjadi ini merupakan sel Volta mini. sebagai contoh, korosi besi terjadi apabila ada oksigen (O2) dan air (H2O). Logam besi tidaklah murni, melainkan mengandung campuran karbon yang menyebar secara tidak merata dalam logam tersebut. Hal tersebut menimbulkan perbedaan potensial listrik antara atom logam dengan atom karbon (C). Atom logam besi (Fe) bertindak sebagai anode dan atom C sebagai katode. Oksigen dari udara yang larut dalam air akan tereduksi, sedangkan air sendiri berfungsi sebagai media tempat berlangsungnya reaksi redoks pada peristiwa korosi. Jika jumlah O2 dan H2O yang mengalami kontak dengan permukaan logam semakin banyak, maka semakin cepat berlangsungnya korosi pada permukaan logam tersebut.


2)      Keberadaan Zat Pengotor

Pengotor yang Mempercepat Korosi pada Permukaan Logam

Zat Pengotor di permukaan logam dapat menyebabkan terjadinya reaksi reduksi tambahan sehingga lebih banyak atom logam yang teroksidasi. Sebagai contoh, adanya tumpukan debu karbon dari hasil pembakaran BBM pada permukaan logam mampu mempercepat reaksi reduksi gas oksigen pada permukaan logam yang mengakibatkan proses korosi semakin cepat pula.



3)      Kontak dengan Elektrolit

Bangkai Kapal di Dasar Laut yang Telah Terkorosi oleh Kandungan Garam yang Tinggi


Keberadaan elektrolit, seperti garam dalam air laut dapat mempercepat laju korosi dengan menambah terjadinya reaksi tambahan. Konsentrasi elektrolit yang besar dapat meningkatkan laju aliran elektron sehingga laju korosi meningkat.

4)      4Temperatur


Temperatur mempengaruhi kecepatan reaksi redoks pada peristiwa korosi. Secara umum, semakin tinggi temperatur maka semakin cepat terjadinya korosi. Hal ini disebabkan dengan meningkatnya temperatur maka meningkat pula energi kinetik partikel sehingga kemungkinan terjadinya tumbukan efektif pada reaksi redoks semakin besar dan laju korosi pada logam semakin meningkat. Efek korosi yang disebabkan oleh pengaruh temperatur dapat dilihat pada perkakas-perkakas atau mesin-mesin yang dalam pemakaiannya menimbulkan panas akibat gesekan (seperti cutting tools ) atau dikenai panas secara langsung (seperti mesin kendaraan bermotor).

Knalpot Kendaraan Bermotor yang Mudah Terkorosi Akibat Temperatur Tinggi














5)      pH

Peristiwa korosi pada kondisi asam, yakni pada kondisi pH < 7 semakin besar, karena adanya reaksi reduksi tambahan yang berlangsung pada katode yaitu:

2H+(aq) + 2e  H2

Adanya reaksi reduksi tambahan pada katode menyebabkan lebih banyak atom logam yang teroksidasi sehingga laju korosi pada permukaan logam semakin besar.

6)      Metalurgi

Permukaan Logam yang Kasar Cenderung Mengalami Korosi

Permukaan logam Permukaan logam yang lebih kasar akan menimbulkan beda potensial dan memiliki kecenderungan untuk menjadi anode yang terkorosi.

a)      Efek Galvanic Coupling

Kemurnian logam yang rendah mengindikasikan banyaknya atom-atom unsur lain yang terdapat pada logam tersebut sehingga memicu terjadinya efek Galvanic Coupling , yakni timbulnya perbedaan potensial pada permukaan logam akibat perbedaan E° antara atom-atom unsur logam yang berbeda dan terdapat pada permukaan logam dengan kemurnian rendah. Efek ini memicu korosi pada permukaan logam melalui peningkatan reaksi oksidasi pada daerah anode.








\


7)      Mikroba

Korosi Pada Permukaan Logam yang Disebabkan oleh Mikroba


Adanya koloni mikroba pada permukaan logam dapat menyebabkan peningkatan korosi pada logam. Hal ini disebabkan karena mikroba tersebut mampu mendegradasi logam melalui reaksi redoks untuk memperoleh energi bagi keberlangsungan hidupnya. Mikroba yang mampu menyebabkan korosi, antara lain: protozoa, bakteri besi mangan oksida, bakteri reduksi sulfat, dan bakteri oksidasi sulfur-sulfida. Thiobacillus thiooxidans Thiobacillus ferroxidans.

Korosi adalah suatu proses elektrokimia dimana atom-atom akan bereaksi dengan zat asam dan membentuk ion-ion positif (kation). Hal ini akan menyebabkan timbulnya aliran-aliran elektron dari suatu tempat ke tempat yang lain pada permukaan metal.
Secara garis besar korosi ada dua jenis yaitu :

1.    Korosi Internal
yaitu korosi yang terjadi akibat adanya kandungan CO2 dan H2S pada minyak bumi, sehingga apabila terjadi kontak dengan air akan membentuk asam yang merupakan penyebab korosi.

2.    Korosi Eksternal
yaitu korosi yang terjadi pada bagian permukaan dari sistem perpipaan dan peralatan, baik yang kontak dengan udara bebas dan permukaan tanah, akibat adanya kandungan zat asam pada udara dari tanah

8)      Faktor Gas Terlarut.

Oksigen (02), adanya oksigen yang terlarut akan menyebabkan korosi pada metal seperti laju korosi pada mild stell alloys akan bertambah dengan meningkatnya kandungan oksigen. Kelarutan oksigen dalam air merupakan fungsi dari tekanan, temperatur dan kandungan klorida. Untuk tekanan 1 atm dan temperatur kamar, kelarutan oksigen adalah 10 ppm dan kelarutannya akan berkurang dengan bertambahnya temperatur dan konsentrasi garam. Sedangkan kandungan oksigen dalam kandungan minyak-air yang dapat mengahambat timbulnya korosi adalah 0,05 ppm atau kurang. Reaksi korosi secara umum pada besi karena adanya kelarutan oksigen adalah sebagai berikut :
Reaksi Anoda : Fe Fe2- + 2e
Reaksi katoda : 02 + 2H20 + 4e 4 OH

Karbondioksida (CO2), jika kardondioksida dilarutkan dalam air maka akan terbentuk asam karbonat (H2CO2) yang dapat menurunkan pH air dan meningkatkan korosifitas, biasanya bentuk korosinya berupa pitting yang secara umum reaksinya adalah:

CO2 + H2O H2CO3
Fe + H2CO3 FeCO3 + H2

FeC03 merupakan corrosion product yang dikenal sebagai sweet corrosion

9)      Faktor Temperatur

Penambahan temperatur umumnya menambah laju korosi walaupun kenyataannya kelarutan oksigen berkurang dengan meningkatnya temperatur. Apabila metal pada temperatur yang tidak uniform, maka akan besar kemungkinan terbentuk korosi.

10)  Faktor pH

pH netral adalah 7, sedangkan ph < 7 bersifat asam dan korosif, sedangkan untuk pH > 7 bersifat basa juga korosif. Tetapi untuk besi, laju korosi rendah pada pH antara 7 sampai 13. Laju korosi akan meningkat pada pH < 7 dan pada pH > 13.

11)  Faktor Bakteri Pereduksi atau Sulfat Reducing Bacteria (SRB)
Adanya bakteri pereduksi sulfat akan mereduksi ion sulfat menjadi gas H2S, yang mana jika gas tersebut kontak dengan besi akan menyebabkan terjadinya korosi.

12)  Faktor Padatan Terlarut

Klorida (CI), klorida menyerang lapisan mild steel dan lapisan stainless steel. Padatan ini menyebabkan terjadinya pitting, crevice corrosion, dan juga menyebabkan pecahnya alooys. Klorida biasanya ditemukan pada campuran minyak-air dalam konsentrasi tinggi yang akan menyebabkan proses korosi. Proses korosi juga dapat disebabkan oleh kenaikan konduktivity larutan garam, dimana larutan garam yang lebih konduktif, laju korosinya juga akan lebih tinggi.

Karbonat (C03), kalsium karbonat sering digunakan sebagai pengontrol korosi dimana film karbonat diendapkan sebagai lapisan pelindung permukaan metal, tetapi dalam produksi minyak hal ini cenderung menimbulkan masalah scale.

Sulfat (S04), ion sulafat ini biasanya terdapat dalam minyak. Dalam air, ion sulfat juga ditemukan dalam konsentrasi yang cukup tinggi dan bersifat kontaminan, dan oleh bakteri SRB sulfat diubah menjadi sulfida yang korosif.






13)  Lingkungan

1)      Lokasi

Tergantung pada lokasi logam atau pipa berada : di daerah yang basah atau kering, panas atau dingin, kondisi air tawar atau air laut, di permukaan atau di bawah tanah, memiliki potensi bahan kimia, produksi minyak, dan apakah mengandung uap atau gas.

2)      Mechanical

Kondisi pipa atau logam mendapatkan stress (tekanan), mengalami fatigue (tekanan), terjadi pemindahan, adanya proses kavitasi, erosi dan freeting.
Media Korosif. Dengan perubahan konsentrasi media korosif pada lingkungan benda konstruksi akan menimbulkan beberapa kondisi korosi. Pengaruh konsentrasi dapat menimbulkan karakteristik berbeda antara kedua benda konstruksi. Untuk material tertentu, konsentrasi korosif sebanding dengan kecepatan korosi.

14)  Organisme

Pengaruh mikroorganisme terhadap korosi ada 2 macam, yaitu:

a)      Secara langsung

menghasilkan zat korosif seperti hidrogen sulfida, carbon dioksida, amonia, asam organik dan anorganik

b)      Secara tidak langsung

Menghasilkan zat katalisator atau depolarisasi yang merupakan bahan untuk mempercepat reaksi korosi antara material dengan lingkungannya.
Akibat lainnya yang dapat ditimbulkan dari kegiatan Mikro-Organisme antara lain:
o   Bakteri aerob akan membutuhkan O2 untuk melakukan metabolisme
o   O2 yang dibutuhkan ini sebagian akan menjadikan awal proses korosi pada material
o   Aspek yang ditimbulkan oleh makro-organisme dalam menstimulus korosi:
o   Pemakan perlindungan (coating)
o   Merupakan perangkap zat korosif
o   Hasil feses atau limbah metabolisme makro-organisme

15)  Lingkungan Industri Minyak

Pada umumnya di lingkungan industri minyak terdapat 3 area yang seringkali mengalami korosi, yaitu:   
 
Ø  Kegiatan produksi (Production)
Ø  Pendistribusian dan Penyimpanan (Transportation and Storage)
Ø  Operasi Pemisahan (Refinery Operation)


Di daerah sumur condensasi (well condensates) akan sangat banyak terjadi korosi ,ini karena:
Ø  Kedalaman yang lebih dari 5000 ft
Ø  Temperatur terendah dalam sistem adalah 160oF dan tekanan 1500 lb/m2
Ø  pH dalam sistem ini adalah 5,4 sehingga bersifat asam ( didalamnya terkandung asam organik)
Ø   
Untuk mengetahui karakteristik korosi dalam sumur dilakukan beberapa tindakan, yaitu:       
Ø  Inspeksi permukaan peralatan
Ø  Membuat analisa terhadap carbon dioksida dan asam organik
Ø  Pengujian coupon exposure
Ø  Survey terhadap tubing-caliper


2.      Macam-macam korosi

1)      Korosi Homogen

Korosi homogen terjadi karena reaksi electro chemical yang secara homogen terjadi karat ke seluruh bagian material yang terbuka. Korosi ini memiliki sifat-sifat sebagai berikut Merata dan material menipis, Kehilangan tonage besar dan kecepatan tinggi. Adapun contoh-contoh korosi homogen sebagai berikut :

Ø  korosi pada badan kapal
Ø  pilar – pilar pelabuhan
Ø  korosi pada kaki kaki jacket
Ø  sebatang besi yang tercelup larutan asam sulfat
Ø  atap seng

Korosi homogen dapat tidak dapat dihilangkan tetapi dapat mengurangi laju korosi yang terjadi dengan cara : pemilihan material yang sesuai, coating yang sesuai, penambahan inhibitor dan katodic protection.

Perhitungan kehilangan berat akibat korosi

R = (534 W)/(D.A.T)

            Keterangan :
W = Berat material yang hilang (gr)
D = Density material (gr/cm3)
A = Luas penampang korosif
T = Tebal material (cm)

2)      Galvanic Corrosion

Apabila terjadi kontak atau secara listrik kedua logam yang berbeda potensial tersebut akan menimbulkan aliran elektron/listrik diantar kedua logam. Logam yang mempunyai tahanan korosi rendah ( potensial rendah) akan terkikis dan yang tahanan korosinya lebih tinggi (potensial tinggi) akan mengalami penurunan korosinya. Korosi galvanic corrosion dipengaruhi oleh, lingkungan, jarak, area/luas.

Cara-cara pencegahan pada galvanic corrosion :

Ø  Memilih logam dengan posisi deret sedekat mungkin.
Ø  menghilangkan pengaruh rasio luas penampang yang tidak diinginkan.
Ø  memberikan isolasi diantara dua logam yang berbeda bila memungkinkan.
Ø  penerapan coating dengan mengutamakan pada logam anode.
Ø  penambahan inhibitor dengan cermat untuk mengurangi keagresifan logam dalam     proses korosi.
Ø  pencegahan sistem sambungan mur baut dengan bahan berbeda dengan logam induknya.

3)      Crevice Corrosion

Crevice Corrosion memiliki sifat-sifat yang tidak tampak dari luar dan sangat merusak konstruksi, korosi ini sering terjadi pada sambungan kurang kedap yang disebabkan oleh lubang, gasket, lap joint, kotoran/endapan.

Mekanisme
Oksidasi :            M    + 1e
Reduksi :             O2 + 2H20 + 4e  4OH-

Dari reaksi diatas ion electron (e) yang dihasilkan dalam reaksi oksidasi akan digunakan oleh oksigen (o2) untuk mereduksi air (H2O) untuk menjadi ion OH. Dengan kata lain bahwa ion hidroksil (H+) dihasilkan pada setiap pembentukan ion logam M+. Karena tempatnya atau celahnya terbatas maka reaksi reduksi dari oksigen pada daerah tersebut habis sedangkan metal M terus bereksi

Kecenderungan pembentukan ion M+ ini kemudian disetimbangkan oleh adanya ion klorida atau cl- yang terdapat pada celah tersebut. Hasil reaksi dari kedua ion tersebut akan meningkatkan konsentrasi dari metal clorida atau MCl.

Dari reaksi diatas didapat HCL yang berubah ion H+ atau CL- yang dapat meningkatkan laju penghancuran metal didalam celah. Laju korosi didalam celah tersebut sangat cepat dan bersifat auto katalik karena adanya ion H+ dan Cl-

Adapun cara pencegahannya adalah sebagai berikut:

Ø  Penggunaan sistem sambungan butt joint dengan pengelasan dibanding dengan sambungan keling untuk peralatan peralatan baru
Ø  Celah sambungan ditutup dengan pengelasan menerus atau dengan soldering
Ø  Peralatan – peralatan harus diperiksa dan dibersihkan secara teratur, terutama pada sambungan – sambungan yang rawan
Ø  Hindari pemakaian packing yang bersifat higroskopis
Ø  Penggunaan gasket dan absorbent seperti teflon jika memungkinkan
Ø  Pada desain saluran drainase,hindari adanya lengkungan – lengkungan tajam serta daerah genangan fluida

4)      Filiform Corrosion

Serangan dari korosi ini tidak merusak komponen utama metal tetapi hanya mempengaruhi atau merusak penampilan permukaan metal dimana permukaan dan penampilan kaleng makanan atau minuman.

Mekanisme terjadinya korosi ini merupakan kasus khusus untuk jenis korosi celah. Selama pertumbuhannya, pada bagian kepala unsur seperti H2O dan O2 dari udara luar secara osmosis. Kedua unsur ini selanjutnya bereaksi dengan ion Fe konsentrasi tinggi membentuk oksida Fe. H2O dan O2 ini akan berdifusi masuk kebagian kepala dan keluar dari bagian ekor secara terus menerus, korosi tertahan dibagian kepala dimana hidrolisa yang terjadi dibagian kepala menyebabkanlingkungan yang bersifat asam, sehingga korosi ini dapat menyebar secara otomatis.

Pencegahan secara global

Ø  Menyimpan material berlapis metal (email) didalam  kondisi kering.
Ø  Memberikan lapisan brittle fil.

5)      Intergranular Corrosion

Korosi intergranular terjadi pada daerah tertentu dengan penyebab grain boundary. Hal ini disebabkan oleh adanya kekosongan unsur/elemen pada kristal ataupun impurities dari proses casting. Korosi ini terjadi pada casting and welding

Adapun cara pencegahan adalah sebagai berikut :

a)      Casting

Pada proses ini harus dilakukan dengan jalan mengecor logam dengan step yang benar, komposisi yang benar dan pendinginan yang benar sesuai dengan karakteristik masing – masing logam dan kegunaannya

b)        Welding

Pemilihan elektrode yang benar, prosedur pengelasan yang benar, pendinginan yang benar

6)      Korosi Erosi 

Akibat gesekan antara fluida dengan logam sehingga logam tergerus dengan percepatan atau penambahan keburukan sifat material karena gerakan relatif antara fluida korosif dan permukaan metal. Korosi erosi dibagi menjadi 2 tipe yaitu ;

Ø  Korosi Kavitasi: Akibat adanya benturan gelembung fluida dengan permukaan logam sehingga berakibat luka terhadap permukaan logam tersebut
Ø  Fretting Corrosion: Akibat gesekan antara logam dengan logam dan berakibat suhu logam naik dan tergerus sesama logam.

Tipe Media Korosif antara lain gas, larutan encer, sistem organik, metal cair dan semua tipe peralatan yang diekspos fluida (piping system, katup, pompa dan propeller). Dan cara pencegahannya secara global antara lain menggunakan material dengan ketahanan korosi yang baik, perancangan (design) yang baik, coating dan cathodic protection.


Besi Umum dan Properti Korosinya
Besi
Kerentanan Korosi Besi
Teknik Pencegahan Umum
Aktifitas Galvanik*
Stainless Steel (Pasif)
Serangan seragam, galvanik, berlubang, retak (semuanya terutama dalam air laut)
Pembersihan, lapisan pelindung atau segel
Rendah (bentuk korosi inisial membentuk lapisan oksidasi penahan)
Besi
Serangan seragam, galvanik, retak
Pembersihan, lapisan pelindung atau segel, galvanisasi, anti-karat
Tinggi
Kuningan
Serangan seragam, dezincification, stres
Pembersihan, laisan pelindung atau segel (biasanya minyak atau pernis), menambahkan timah, aluminium, atau arsenik pada logam campuran
Sedang
Aluminum
Galvanik, lubang, retak
Pembersihan, lapisan pelindung atau segel, anoda, galvanisasi, pelindung katodik, insulasi elektrik
Tinggi (korosi inisial membentuk lapisan oksidasi penahan)
Tembaga
Galvanik, lubang, noda aestetik
Pembersihan, lapisan pelindung atau segel, menambahkan nikel pada campuran logam (terutama untuk air garam)
Rendah (korosi inisial membentuk patina penahan)

Peristiwa korosi pada logam merupakan fenomena yang tidak dapat dihindari, namun dapat dihambat maupun dikendalikan untuk mengurangi kerugian dan mencegah dampak negatif yang diakibatkannya. Dengan penanganan ini umur produktif peralatan elektronik dalam rumah tangga atau kegiatan industri menjadi panjang sesuai dengan yang direncanakan, bahkan dapat diperpanjang untuk memperoleh nilai ekonomi yang lebih tinggi. Upaya penanganan korosi diharapkan dapat banyak menghemat biaya opersional, sehingga berpengaruh terhadap efisiensi dalam suatu kegiatan industry serta menghemat anggaran pembelanjaan rumah tangga.:

4.      Pengendalian korosi secara umum, yaitu :

1)      Mencegah kontak dengan oksigen dan/atau air

Korosi besi memerlukan oksigen dan air. Bila salah satu tidak ada, maka peristiwa korosi tidak dapat terjadi.  Korosi dapat dicegah dengan melapisi besi dengan cat, oli, logam lain yang tahan korosi (logam yang lebih aktif seperti seg dan krom).  Penggunaan logam lain yang kurang aktif (timah dan tembaga) sebagai pelapis pada kaleng bertujuan agar kaleng cepat hancur di tanah. Timah atau tembaga bersifat mampercepat proses korosi.

2)      Perlindungan katoda (pengorbanan anoda)

Besi yang dilapisi atau dihubugkan dengan logam lain yang lebih aktif akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katoda.  Di sini, besi berfungsi hanya sebagai tempat terjadinya reduksi oksigen. Logam lain berperan sebagai anoda, dan mengalami reaksi oksidasi.  Dalam hal ini besi, sebagai katoda, terlindungi oleh logam lain (sebagai anoda, dikorbankan).  Besi akan aman terlindungi selama logam pelindungnya masih ada / belum habis.  Untuk perlindungan katoda pada sistem jaringan pipa bawah tanah lazim digunakan logam magnesium, Mg.  Logam ini secara berkala harus dikontrol dan diganti.
3)      Membuat alloy atau  paduan logam yang bersifat tahan karat,
 Misalnya besi dicampur dengan logam Ni dan Cr menjadi baja stainless (72% Fe, 19%Cr, 9%Ni).
4)      Pengecatan.
Jembatan, pagar, dan railing biasanya dicat. Cat menghindarkan kontak dengan udara dan air. Cat yang mengandung timbel dan zink (seng) akan lebih baik, karena keduanya melindungi besi terhadap korosi.
5)      Pelumuran dengan Oli atau Gemuk.

Cara ini diterapkan untuk berbagai perkakas dan mesin. Oli dan gemuk mencegah kontak dengan air.

6)      Pembalutan dengan Plastik.

Berbagai macam barang, misalnya rak piring dan keranjang sepeda dibalut dengan plastik. Plastik mencegah kontak dengan udara dan air.

7)      Tin Plating (pelapisan dengan timah).

Kaleng-kaleng kemasan terbuat dari besi yang dilapisi dengan timah. Pelapisan dilakukan secara elektrolisis, yang disebuttin plating. Timah tergolong logam yang tahan karat. Akan tetapi, lapisan timah hanya melindungi besi selama lapisan itu utuh (tanpa cacat). Apabila lapisan timah ada yang rusak, misalnya tergores, maka timah justru mendorong/mempercepat korosi besi. Hal itu terjadi karena potensial reduksi besi lebih negatif daripada timah. Oleh karena itu, besi yang dilapisi dengan timah akan membentuk suatu sel elektrokimia dengan besi sebagai anode. Dengan demikian, timah mendorong korosi besi. Akan tetapi hal ini justru yang diharapkan, sehingga kaleng-kaleng bekas cepat hancur.

8)      Galvanisasi (pelapisan dengan Zink).

Pipa besi, tiang telepon dan berbagai barang lain dilapisi dengan zink. Berbeda dengan timah, zink dapat melindungi besi dari korosi sekalipun lapisannya tidak utuh. Hal ini terjadi karena suatu mekanisme yang disebut perlindungan katode. Oleh karena potensial reduksi besi lebih positif daripada zink, maka besi yang kontak dengan zink akan membentuk sel elektrokimia dengan besi sebagai katode. Dengan demikian besi terlindungi dan zink yang mengalami oksidasi (berkarat). Badan mobil-mobil baru pada umumnya telah digalvanisasi, sehingga tahan karat.

9)      Cromium Plating (pelapisan dengan kromium).

Besi atau baja juga dapat dilapisi dengan kromium untuk memberi lapisan pelindung yang mengkilap, misalnya untuk bumper mobil. Cromium plating juga dilakukan dengan elektrolisis. Sama seperti zink, kromium dapat memberi perlindungan sekalipun lapisan kromium itu ada yang rusak.

10)  Sacrificial Protection (pengorbanan anode).

Magnesium adalah logam yang jauh lebih aktif (berarti lebih mudah berkarat) daripada besi. Jika logam magnesium dikontakkan dengan besi, maka magnesium itu akan berkarat tetapi besi tidak. Cara ini digunakan untuk melindungi pipa baja yang ditanam dalam tanah atau badan kapal laut. Secara periodik, batang magnesium harus diganti.



11)  Pengendalian korosi pada peralatan elektronik dalam kegiatan industri

Contoh pada industri gula, seperti proses industri lainnya tentu mengalami permasalahan korosi pada setiap tahapan prosesnya. Dengan adanya bahan konstruksi yang terbuat dari logam, maka Pabrik Gula rentan terhadap serangan korosi. Korosi tidak dapat dihindari, tetapi dapat diperlambat lajunya. Peralatan di pabrik gula yang terbuat dari logam sangat rentan terhadap serangankorosi. Terlebih lagi Nira sebagai bahan baku proses pembuatan gula mempunyai kondisi asam, sehingga berpotensi untuk menimbulkan korosi di peralatan. Proses produksi di pabrik gula secara garis besar dibagi menjadi empat tahapan proses, yaitu :

-Tahap 1 – Ekstraksi tebu menjadi nira mentah (Gilingan)
-Tahap 2 – Nira mentah menjadi Nira Encer (Pemurnian)
-Tahap 3 – Nira Encer menjadi Nira Kental (Penguapan)
-Tahap 4 – Nira Kental menjadi Gula Kristal (Kristalisasi dan Pemisahan)

Pada tiap tahapan proses tersebut ada berbagai hal yang dapat menimbulkan serangan korosi.

Peralatan di Pabrik Gula yang berpotensi terkena korosi, yaitu :

1. Stasiun Ketel (Boiler)

Boiler atau ketel merupakan jantung dari pabrik gula. Fungsi dari ketel adalah untuk menyediakan uap yang digunakan untuk proses, yaitu di gilingan, pemanasan nira, penguapan nira, pemasakan nira kental, dan pemutaran. Ketel terdiri pipa-pipa dimana lingkungannya terus menerus kontak dengan air dan uap. Dengan adanya kontak tersebut besar kemungkinan terjadinya erosi pada permukaan pipa.



2. Stasiun Gilingan
           
Gilingan berfungsi untuk memerah nira yang terdapat dalam tebu. Pada proses initebu digiling menggunakan rol yang terbuat dari bahan Stainless Steel atau Carbon Steel. Potensi terjadinya korosi di rol gilingan cukup besar. Hal itu disebabkan karena keausan dari peralatan. Keausan terjadi karena adanya gesekan antara ampas dengan rol gilingan. Dengan banyaknya gesekan yang terjadi maka rol akan menjadi aus, sehinggan menimbulkan korosi. Selain itu karakteristik dari Nira yangdihasilkan bersifat asam, sehingga menjadi media yang baik untuk terjadinya korosi.

3.    Unit Pemurnian

Proses pemurnian nira bertujuan untuk menghilangkan bukan gula yang ada dalam nira. Pada saat ini kebanyakan pabrik gula di Indonesia menggunakan proses sulfitasi untuk memurnikan nira. Pada proses sulfitasi digunakan tobong belerang untuk memproduksi gas SO2 sebagai bahan pembantu. Pada proses pembuatan gas SO2 di tobong belerang terjadi reaksi-reaksi kimia.

5.      Unit Penguapan

Proses penguapan di Pabrik gula menggunakan evaporator. Pada evaporator permasalahan korosi menelan biaya yang cukup besar dibandingkan dengan unit lain. Pada proses penguapan nira akan diuapkan airnya dari % brix menjadi % brix. Pada proses penguapan ini permasalahan yang sering terjadi adalah timbulnya kerak di dinding pipa evaporator (baik disisi nira maupun di sisi uap). Korosi dan erosi menjadi salah satu masalah serius yang dihadapi oleh evaporator karena tingginya lajudari zat cair dan uap yang ada dalam evaporator. Selain itu kemungkinan terjadinya entrainment di evaporator juga bisa menyebabkan terjadinya korosi. Karena itu berbagai upaya dilakukan untuk mencegah entraintment diantaranya dengan penggunaan mist eliminator.

6.      Perpipaan

Pada industri gula perpipaan yang digunakan sebagian besar pipa tertutup, yaituuntuk mengalirkan nira, strop, air, uap, masakan. Pada sistem perpipaan rentan terjadi korosi karena laju dari fluida yang besar dapat menyebabkan erosi pada pipa.

Selama ini permasalahan korosi di pabrik gula kurang mendapat perhatian bahkan terkesan diabaikan, padahal biaya yang ditimbulkan akibat adanya korosi tidaklah sedikit. Korosi berpotensi terjadi di Pabrik gula karena bahan konstruksinya banyak terbuat dari logam khususnya besi. Bhaskaran, dkk (2003) melakukan audit mengenai korosi di Pabrik Gula di India. Dari hasil audit tersebut dihasilkan bahwa biaya yang dikeluarkan oleh seluruh pabrik gula di India akibat masalah korosi sebesar US $ 14.000.000 atau hampir 140 milyar rupiah. Sedangkan studi yang dilakukan di Amerika menunjukkan bahwa total biaya yang ditimbulkan akibat korosi untuk seluruh industrinya sebesar $ 296 milyar (Roberge, 1999 ).



Agar dapat menekan biaya yang ditimbulkan akibat adanya korosi pada peralatan-peralatan kegiatan industri, maka harus diadakan pengendalian/pencegahan korosi itu sendiri. Hal-hal yang dapat dilakukan sangat banyak, misalnya pengendalian lingkungan atau ruangan di mana peralatan tersebut ditempatkan. Penanganan masalah korosi berkaitan dengan perawatan dan perbaikan fasilitas produksi serta peralatan penunjang lainnya. Kegiatan ini harus dapat mengidentifikasi, mengantisipasi dan menangani masalah korosi pada alat, mesin dan fasilitas industri secara keseluruhan. Pemantauan korosi perlu dilakukan secara periodik. Upaya menghambat laju korosi harus terintegrasi dengan program perawatan dan perbaikan sehingga diperoleh hasil yang terbaik.

Pengendalian laju korosi melalui pengendalian lingkungan umumnya dilakukan dengan menjaga kelembaban udara dan pengendalian keasaman lingkungan. Namun pengendalian lingkungan ini hanya mungkin dilakukan untuk peralatan yang berada dalam suatu ruangan, dan tidak mungkin dilakukan terhadap fasilitas yang berinteraksi langsung dengan lingkungan di luar ruangan. Upaya pengendalian korosi ini harus melibatkan semua pihak yang terlibat dalam pengoperasian alat, mesin, instalasi serta fasilitas lainnya. Masalah korosi dan upaya pengendaliannya perlu diperkenalkan kepada seluruh jajaran direksi dan karyawan yang terlibat langsung dalam kegiatan industri.

Ada beberapa usaha yang dapat ditempuh dalam upaya pengendalian korosi peralatan elektronik industri, yaitu dengan beberapa hal berikut ini :
Ø  Menyimpan bahan-bahan korosif sebaik mungkin sehingga terjadinya kebocoran,penguapan serta pelepasan  ke lingkungan dapat dihindari.
Ø  Pengecekan bejana penyimpan bahan kimia korosif yang mudah menguap perlu dilakukan secara periodik, sehingga adanya kebocoran bahan tersebut segera dikenali dan dapat diambil tindakan sedini mungkin untuk menghindari efek yang lebih luas.
Ø  Melakukan pemeliharaan rumah tangga perusahaan secara baik termasuk  ketertiban dan kebersihan dalam perusahaan.
Ø  Pengoperasian alat dehumidifier untuk mengurangi kelembaban udara dalam  ruangan yang di dalamnya menyimpan peralatan elektronik mahal dan rentan terhadap serangan korosi.
Ø  Peralatan-peralatan elektronik yang rawan terhadap pengaruh korosi perlu disimpan di ruang tertutup, jauh dari kemungkinan pencemaran udara akibat  terlepasnya bahan-bahan korosif ke lingkungan.
Ø  Menutup alat sewaktu tidak dipergunakan untuk menghindari masuknya debu-debu ke dalam alat. Perlu diketahui bahwa debu dapat tertempeli polutan korosif yang apabila terbang terbawa udara dapat masuk ke dalam alat dan menempelkan dirinya ke permukaan komponen-komponen elektronik di dalam alat  tersebut.   Pendidikan tentang faktor-faktor penyebab korosi dan akibatnya perlengkap juga diberikan kepada karyawan yang bersentuhan langsung dengan pengoperasian alat, agar mereka selalu menjaga dan mau mengikuti instruk instruksi yang digariskan dalam kaitannya dengan perawatan peralatan elektronik.

Hal yang tak kalah pentingnya dalam upaya menjaga peralatan dari masalah korosi ini adalah dukungan dan perhatian yang serius dari sistim manajemen. Pengawasan dan perhatian yang serius perlu diberikan oleh para pimpinan terhadap manajemen perawatan peralatan-peralatan elektronik
7.     Mengatasi Karat (Korosi) Pada Motor

menghilangkan karat pada logam adalah dengan menggunakan cairan2 kimia tertentu yang sudah ditemukan oleh para peneliti dan tidak merusak logam tersebut hingga struktur logamnya berubah. Biasanya bahan kimia untuk menghilangkan karat dengan cepat harganya sangat mahal sekali sehingga budget untuk membeli tidak akan menjadi kebutuhan primer bagi kita. Sebenarnya ada cara mudah dan murah yang dapat dilakukan oleh semua orang yaitu dengan beberapa berikut :

    1.   Cairan Kimia HCL

Cairan Kimia ini dapat kita beli dengan harga murah di TOKO_TOKO KIMIA Industri yang terdapat di TOKO_TOKO KECIL. Tidak perlu membeli banyak, kita dapat membelinya sesuai dengan kebutuhan kita. biasanya harganya berkisar Rp.5000 sampai dengan Rp.10.000 untuk 100ml. Cara menggunakannya adalah sebagai berikut.
         Tuangkan HCL pada botol bekas Aqua 500ml yang telah kita potong 10cm sebagai wadahnya. Campur sedikit air dengan perbandingan 1 : 2. Hal ini untuk mengurangi kecepatan korosi yang akan ditimbulkan oleh reaksi kimia cairan HCL agar Mur, baut, dan bahan logam laiinya tidak cepat mengalami korosi berlebihan.
         Aduk sampai rata dan masukan apabila itu Mur – Baut berkarat dan diamkan selama kurang lebih 10-15 menit, kemudian angkat Mur-Baut. // Sedangkan apabila logam tersebut seperti (Rem Cakram, Knalpot, Tromol Belakang, Bushing Swing Arm). oleskan secara berulang".  >>Jangan lupa memakai Masker dan sarung tangan Kimia agar tangan kita tidak terkena cairan berbahaya ini, sebab jika dihirup sangat berbahaya untuk paru-paru manusia<<.
         Setelah kita lihat karatnya telah hilang, celupkan kedalam air (Mur - Baut) serta gosoklah dengan sikat gigi bekas berulang-ulang. // Apabila itu adalah (Rem Cakram, Knalpot, Tromol Belakang, Bushing Swing Arm) hentikanlah mengoleskan cairan apabila karatnya menghilang dan siramlah dengan Air serta gosoklah dengan sikat gigi bekas secara berulang-ulang.
         Kemudian cuci Mur-Baut tersebut dengan sabun cuci baju. Lakukan pencucian pembersihan dengan sabun ini berulang-ulang, begitu juga dengan (Rem Cakram, Knalpot, Tromol Belakang, Bushing Swing Arm). Hal ini dimaksudkan untuk menghentikan proses korosi yang ditimbulkan oleh cairan HCL, sebab cairan ini tidak akan berhenti bekerja jika semua zat yang menempel di logam belum hilang. Setelah cukup bersih dan tidak ada warna kuning yang tertinggal pada Logam, Keringkan dengan kain lap bekas sampai tuntas kemudian berilah lapisan anti karat untuk logam atau jika kita tidak punya cairan tersebut, kita dapat mencelupkan/mengolesi LOGAM dengan Oli mesin bekas. Hal ini dimaksudkan agar dapat menunda karat yang diakibatkan oleh oksigen bebas disekitar kita. Setelah semua proses selesai, LOGAM tersebut tampak seperti baru lagi. (selamat mencoba….sudah dibuktikan sendiri)






     2.  Air Kelapa, Jeruk Nipis, dan Sabut Buah Kelapa

            Cara kedua diperuntukkan Khusus Baut dan Mur karena cara ini membutuhkan waktu lama yaitu dengan menggunakan cara tradisional murah meriah yaitu dengan air kelapa, Jeruk nipis dan sabut buah kelapa itu sendiri. Cara ini sudah dilakukan oleh manusia pada jaman dahulu kala. Sangat mudah untuk melakukannya yaitu dengan cara sebagai berikut: Belilah Kelapa yang masih utuh dan tuangkan air kelapa tersebut kedalam baskom kemudian ambil dan rendam selama 3 hari. memang hal ini membutuhkan waktu lama dan tidak bisa dengan cepat menghilangkan karat sampai tuntas. Setelah 3 hari ambilah Mur baut tersebut dan berilah air jeruk nipis kemudian gosoklah dengan menggunakan sabut kelapa. Lakukan hal ini berulang-ulang sampai karat yang menempel dapat hilang semua.Kemudian berilah cairan anti karat atau di cat dengan cat dasar anti karat maka Mur-Baut atau Benda Logam anda akan terlihat baru kembali.


    3.  Korosi Pada Leher Kenalpot

            Bagian Leher kenalpot biasanya sangat rentan sekali mengalami KOROSI. Khusus untuk Kenalpot ada 3 cara, diantaranya:
Ø  Memakai Oli Bekas >> sediakan oli bekas atau yang sudah tidak terpakai, sebelumnya nyalakan mesin motor sekitar 10menit/kenalpot hingga cukup panas. Apabila kenalpot semakin panas, maka semakin bagus. setelah itu oleskan Oli ke bagian yang berkorosi (berkarat). nantinya kenalpot akan mengeluarkan asap karena pelumas bekas yang sudah dioles akan menguap terkena panas. dengan begitu Korosi pada leher kenalpot akan hilang dengan sendirinya.
Ø  Memakai Prostex >> Tuangkan Prostex kedalam wadah secukupnya. setelah itu oleskan secara rata dengan kuas pada permukaan Kenalpot yang kotor atau Korosi. setelah merata siram dengan air hingga bersih kemudian lap sampai kering. Perlu diingat juga bahwa jangan sampai Prostex menetes ke blok mesin, karena bisa membuat catnya menjadi luntur.
Ø   Memakai Pertamax Plus >> Campurkan Pertamax Plus dengan Minyak Tanah dengan perbandingan takaran 1:2 ,  lalu anda bisa oleskan pada bercak-bercak hitam tersebut. setelah itu sikat secara perlahan dengan sikat gigi. Hasilnya leher kenalpot anda akan terlihat seperti baru.

   4.   Membuat Cairan Anti Karat

          Cara diatas adalah untuk menghilangkan Karat (KOROSI) pada Logam...
agar Korosi tidak terjadi lagi maka perlu dilakukan pencegahan, tidak perlu membeli cairan anti karat yang mahal-mahal, cukup dengan trik sederhana dan siapapun dapat melakukannya. berikut BOCAH KACAU paparkan :"Bukan karat emas. Dijual gak laku,di makan gak enak,waduh bikin jelek tampilan ni,tapi tenang bersama BOCAH KACAU mari kita bikin cairan ANTI KARAT sendiri,gak perlu keluar duit,cukup mungut oli bekas di bengkel dan minyak tanah di lampu semprong punya emak,tp izin dlu sebelumnya takutnya kena tinju.Setelah kedua zat tadi tersedia, lalu campurkan kedua zat tadi dengan perbandingan :

Minyak tanah 30% dan Oli 70% lalu olesin bagian yang kena karat yang sebelumnya udah dibersihin.



Korosi adalah suatu reaksi redoks antara  logam dengan berbagai zat yang ada di lingkungannya sehingga menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak dikehendaki. Dalam kehidupan sehari-hari korosi kita kenal dengan sebutan perkaratan. Salah satu sumber kerusakan terbesar pada kapal laut adalah disebabkan oleh korosi air laut.Sampai saat ini penggunaan besi dan baja sebagai bahan utama pembuatan kapal masih dominan Dari segi biaya dan kekuatan, penggunaan besi dan baja untuk bangunan kapal memang cukup memadai.Tetapi besi dan baja sangatreaktif dan mempunyai kecenderungan yang besar untuk terserang korosi air laut. Pada dasarnya korosi adalah peristiwa pelepasan elektron-elektron dari logam (besiataubaja) yang berada di dalam larutan elektrolit misalnya air laut.Sedangkan atom-atom yang bermuatanpositifdarilogam (Fe+3) akanbereaksidengan ion hydroxyl (OH-) membentukferrihidroksida [Fe(OH)3] yang dikenalsebagai karat. Berdasarkan segi konstruksi pada kapal laut, pelat lambung kapal adalahdaerah yang pertama kali terkena air laut.Padadaerahlambunginibagianbawah air ataupun daerahatas air rentang terkena korosi. Korosi pada pelat badan kapal dapat mengakibatkan turunnya kekuatan dan umur pakai kapal, mengurangi kecepatan kapal serta mengurangi jaminan keselamatan dan keamana nmuatan barang dan penumpang.Untukmenghindarikerugian yang lebih besa rakibat korosi air laut, maka perawatan dan pemeliharaan kapal harus dilakukan secara berkala.   Bentuk korosi yang terja dipadalam bung kapal adalah  korosimerata. Korosi merata adalah jenis korosidimana pada korosi tipe inilaju korosi yang terjadi pada seluruh permukaan logam atau paduan yang terpaparatau terbuka kelingkungan berlangsung dengan laju  yang hamper sama. Hampir seluruh permukaan logam menampakkan terjadinya proses korosi.

Sampaisaatiniuntukmelindungipelatbadankapalterhadapserangankorosi air laut masih menggunakan  3 (tiga) cara yaitu menghindari penyebab korosi, pelindungan secaraaktif (Denganmetode  Cathodic Protection) dan perlindungan secarapasif (Dengan proses pengecatan). Metodecathodic protection merupakan metode yang sudah sangat lazim dilaksanakan untuk proteksikorosipa dalam bung kapal, namun adakalanyah alinitidakterlalu diperhatikan secara serius sehingga hasil yang diinginkan biasanya meleset dan tidak efisien.Salah satu metode cathodic protection adalah metode anode korban.Adakalanya di lapangan ditemuipelat-pelatlam bungkapal yang terserang korosi berat dikarenakan kurangnya anode korban yang dipasang.Olehkarenaitudalampenelitianiniakan di bahas mengenai kebutuhan pemasangan perlin dungankatode untuk mencegah korosi pada lambung kapal di dalam media air laut, dimana dilakukan perbandingan katode yang seringdigunakanyaitu  ZincCathodic Protection (ZCP) dan Alumunium Cathodic Protection (ACP).
Sebelum dipasang anode korban yang baru, KM. ADRI XLIV mengalami proses  Coating terlebihdahulu, dimanamemakaisatu lapis /  layer denganditambah 2 lapis  intermadiate /  top coats, minimum 300 µm nominal DFT (Dry Film Thickness) kategori III dengan umur pelapisan adalah selama 5 tahun.





Rencana penggantian anode korbanpada KM. ADRI XLIV adalah dengan menggunakan anode korban alumunium dengan bentuk elongated flush mounted tanpa  backfill dengandimensi anode 395 mm x 150 mm x 30 mm denganberatnetto 4.5 Kg sebanyak 24 buah.

Sebelum melakukan perhitungan kebutuhan anode korbanpada KM. ADRI XLIV, ada beberapa data yang diperlukandalamperhitungan. Data-data yang diperlukan dalam perhitungan proteksi lambung kapal dengan menggunakan anoda korban yaitu :

Ø  Ukuran luas pelat lambung kapal yang akan di proteksi 
Ø  Coating kapal
Ø   Jenis anoda
Ø  Resistivitas air laut :Nilairesistivitas air lautdiperolehdenganmenggunakanacuanpada DNV RPB 401 tentang resistivitas dimana temperature air antara 7oC sampaidengan 12oC, makanilairesistivitasantara 0,3 dan 1,5(ohm.m). Dalamhalinidiambil 1,5ohm.m.
Ø  Umur proteksi :Umur proteksi yang diperlukan sesuai peraturan BKI yaitu 3 tahunkarenaselama 3 tahun minimal kapalharus docking ataunaikdoksatu kali. Dimana apabila kapal naikdok  maka dapat diganti anoda korban yang  lama dengan anoda korban yang baru.
Ø  Keperluan arus proteksi. :Nilai keperluan arus proteksi diperoleh dengan mengacu pada DNV RPB 401, dimana desain arus menurut iklim sedang dan kedalaman 0 meter – 30 meter dengantemperatur 7 oC – 12 oC, makanilaikeperluanarusproteksinyaadalah 0,100 A/m2

9.       KOROSI KAPAL BAJA
Korosi kapal baja mengakibatkan turunnya kekuatan dan umur pakai kapal, sehingga dapat mengurangi jaminan keselamatan muatan barang dan penumpang kapal. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar akibat korosi air laut maka diperlukan suatu perlindungan korosi pada plat kapal. korosi kapal dapat di tanggulangi dengan berbagai cara antara lain dengan menggunakananoda korban kapal dan cat kapal



gambar korosi kapal baja
korosi kapal baja

            Kapal baja merupakan kapal dengan seluruh bangunan terbuat dari baja paduan dengan komposisi kimia sesuai standar untuk konstruksi kapal yang dikeluarkan oleh biro klasifikasi kapal (Standards:ABS, BKI, DNV, RINA, GL, LR, BV, , NK, KR, CCS and etc) dengan klas baja : A, B, C, D dan E. ( Grade: A, B, D, E, AH32-AH40, DH32-DH40 ,A32 ,A36 ,D32, D36 and etc) dengan tebal: 8 mm s/d 100 mm, lebar : 1500 mm s/d 2700 mm, panjang : 6 m s/d 13 m.
Baja untuk konstruksi kapal pada umumnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu baja konstruksi kapal biasa, baja konstruksi kapal dengan tegangan tinggi, dan baja tempa. Baja untuk konstruksi kapalmempunyai sifat mekanis yang sudah mendapat persetujuan dari BKI.

berikut adalah sifat mekanis plat baja kapal menurut BKI tahun 2006
sifat mekanis plat baja kapal menurut BKI tahun 2006

           
Pemakaian pelat baja untuk bangunan kapal memiliki resiko kerusakan yang tinggi, terutama terjadinya korosi pada pelat baja yang merupakan proses elektrokimia, akibat lingkungan air laut yang memiliki resistivitas sangat rendah + 25 Ohm-cm,jika dibandingkan dengan air tawar + 4.000 Ohm-cm, (Caridis, 1995) dan sesuai dengan posisi pelat pada lambung kapal. 
Posisi pelat baja lambung kapal terbagi dalam tiga bagian yaitu :
Ø  Selalu tercelup air yaitu pelat lajur alas, pelat lajur bilga, dan pelat lajur sisi sampai sarat minimal.
Ø  Keluar masuk air yaitu pelat lajur sisi kapal dari sarat air minimal sampai sarat air maksimal
Ø  Tidak tercelup air yaitu pelat lajur sisi mulai dari sarat maksimal sampai dek utama kapal
Ø  Korosi kapal baja dapat dibedakan menjadi menjadi 5 jenis yaitu korosi merata, pelobangan, korosi tegangan, korosi erosi dan korosi celah.
Ø  Korosi Merata atau uniform corrosion adalah seluruh permukaan pelat terserang korosi biasanya pada bagian pelat yang berada diatas garis air.
Ø  Korosi Pelobangan (pitting corrosion), pada permukaan pelat terjadi lobang yang semakin lama akan bertambah dalam dan akhirnya dapat menembus pelat kapal.
Ø  Korosi Tegangan (stress corrosion), korosi pada bagian pelat yang memikul beban besar.
Ø  Korosi Erosi (errosion corrosion), korosi yang terjadi pada material yang menerima tumbukan partikel cairan yang mengalir dengan kecepatan tinggi.
Ø  Korosi Celah (crevice corrosion), korosi yang terjadi pada celah, daerah jepitan, sambungan dan daerah yang ditutupi binatang dan tumbuhan kecil.
            Korosi kapal baja ini dapat dikurangi seminimum mungkin sehingga nilai laju korosi kapal baja semakin kecil, korosi tidak dapat di hentikan 100% karena kapal baja sama halnya dengan manusia walau kita sangat jago menjaga kesehatan ujung-ujung is dead juga. begitu juga dengan korosi kapal baja kita hanya dapat menekan nilai laju korosi seminimum mungkin sehingga umur kapal dapat sesuai dengan rencana awal agar dapat menekan nilai kerugian yang di akibatkan oleh korosi kapal baja
            Korosi kapal baja mengakibatkan turunnya kekuatan dan umur pakaikapal, sehingga dapat mengurangi jaminan keselamatan muatan barang danpenumpang kapal. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar akibat korosi airlaut maka diperlukan suatu perlindungan korosi padaplat kapal.korosi kapaldapat di tanggulangi dengan berbagai cara antara lain dengan menggunakananodaHYPERLINK "http://kapal-cargo.blogspot.com/2011/05/anoda-korban-pada-kapal.html"korban kapaldancat kapalgambar korosi kapal baja
             Kapal baja merupakan kapal dengan seluruh bangunan terbuat dari baja paduandengan komposisi kimia sesuai standar untuk konstruksi kapalyang dikeluarkanoleh biro klasifikasi kapal (Standards:ABS, BKI, DNV, RINA, GL, LR, BV, ,NK, KR, CCS and etc) dengan klas baja : A, B, C, D dan E. ( Grade: A, B, D, E,AH32-AH40, DH32-DH40 ,A32 ,A36 ,D32, D36 and etc) dengan tebal: 8 mm s/d100 mm, lebar : 1500 mm s/d 2700 mm, panjang : 6 m s/d 13 m.Baja untuk konstruksi kapal pada umumnya dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bajakonstruksi kapal biasa, baja konstruksi kapal dengan tegangan tinggi, dan bajatempa. Baja untuk konstruksi kapal mempunyai sifat mekanis yang sudahmendapat persetujuan dari BKI.berikut adalah sifat mekanis plat baja kapal menurut BKI tahun 2006 nsifat mekanis plat baja kapal menurut BKI tahun 2006 

            Pemakaian pelat baja untuk bangunan kapal memiliki resiko kerusakan yangtinggi, terutama terjadinya korosi pada pelat baja yang merupakan proseselektrokimia, akibat lingkungan air laut yang memiliki resistivitas sangat rendah +25 Ohm-cm,jika dibandingkan dengan air tawar + 4.000 Ohm-cm, (Caridis, 1995)dan sesuai dengan posisi pelat pada lambung kapal.
Posisi pelat baja lambung kapal terbagi dalam tiga bagian yaitu :
Ø  Selalu tercelup air yaitu pelat lajur alas, pelat lajur bilga, dan pelat lajursisi sampai sarat minimal.
Ø  .Keluar masuk air yaitu pelat lajur sisi kapal dari sarat air minimal sampaisarat air maksimal
Ø  Tidak tercelup air yaitu pelat lajur sisi mulai dari sarat maksimal sampaidek utama kapalKorosi kapal baja dapat dibedakan menjadi menjadi 5 jenis yaitu korosi merata,pelobangan, korosi tegangan, korosi erosi dan korosi celah.
Ø  .Korosi Merata atau uniform corrosion adalah seluruh permukaan pelatterserang korosi biasanya pada bagian pelat yang berada diatas garis air.
Ø  Korosi Pelobangan (pitting corrosion), pada permukaan pelat terjadilobang yang semakin lama akan bertambah dalam dan akhirnya dapatmenembus pelat kapal.
Ø  Korosi Tegangan (stress corrosion), korosi pada bagian pelat yangmemikul beban besar.
Ø  Korosi Erosi (errosion corrosion), korosi yang terjadi pada material yangmenerima tumbukan partikel cairan yang mengalir dengan kecepatantinggi.
Ø  Korosi Celah (crevice corrosion), korosi yang terjadi pada celah, daerah jepitan, sambungan dan daerah yang ditutupi binatang dan tumbuhan kecil.Korosi kapal baja ini dapat dikurangi seminimum mungkin sehingga nilai lajukorosi kapal baja semakin kecil, korosi tidak dapat di hentikan 100% karena kapalbaja sama halnya dengan manusia walau kita sangat jago menjaga kesehatanujung-ujung is dead juga. begitu juga dengan korosi kapal baja kita hanya dapatmenekan nilai laju korosi seminimum mungkin sehingga umur kapal dapat sesuaidengan rencana awal agar dapat menekan nilai kerugian yang di akibatkan olehkorosi kapal b




Tidak ada komentar:

Posting Komentar